Kamis, 15 September 2016

Planet-Planet Asing Paling Mirip Bumi Berhasil Dikatalogkan

Ilustrasi planet-planet mirip Bumi.

Sebuah tim astronom internasional telah mengonfirmasi planet-planet asing paling mirip Bumi dari 4.000 an planet asing yang ditemukan oleh Teleskop Antariksa Kepler. Katalog planet terbaru ini berisi senarai planet yang paling mirip dengan planet rumah kita, Bumi.

Penelitian yang telah diterbitkan dalam Astrophysical Journal ini menguraikan kurang lebih 216 planet yang terletak di dalam zona laik huni, sebuah zona atau daerah di sekitar bintang induk yang memungkinkan permukaan planet bisa menahan air dalam bentuk cair. Dari 216 planet ini, 20 diantaranya merupakan kandidat terbaik untuk menjadi planet berbatu yang dapat dihuni seperti Bumi.

"Ini adalah katalog terlengkap dari semua penemuan Kepler yang menguraikan planet-planet yang berada di zona habitasi bintang induknya," kata Stephen Kane, seorang profesor fisika dan astronomi di San Francisco State University dan penulis utama studi tersebut. "Itu berarti kita bisa fokus pada planet-planet dalam makalah penelitian ini dan melakukan studi lanjutan untuk belajar lebih banyak tentang mereka, termasuk jika mereka memang laik huni."

Penelitian ini juga menegaskan adanya bukti tambahan bahwa alam semesta ini penuh dengan planet-planet di mana kehidupan bisa berpotensi muncul. Mempelajari batas-batas zona laik huni juga sangat penting. Jika planet terlalu dekat dengan bintang induknya, planet tersebut akan mengalami efek gas rumah kaca, seperti venus. Tapi kalau terlalu jauh, air akan membeku, seperti terlihat di Mars.

Batas zona laik huni planet-planet dalam katalog planet mirip Bumi.

Mempelajari dan mengkatalogkan lebih dari 4.000 planet ekstrasurya ini perlu waktu lebih dari 3 tahun dan melibatkan para astronom di NASA, Arizona State University, Caltech, University of Hawaii-Manoa, University of Bordeaux, Cornell University dan Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.

Mendeteksi Planet Ekstrasurya

Alam semesta terlalu luas jika hanya Bumi saja yang memiliki kehidupan. Penemuan plant-planet ekstrasurya ini dapat membantu kita memahami tentang evolusi planet dan mengetahui apakah ada kehidupan lain selain di Bumi atau tidak.

Menemukan planet ekstrasurya bukanlah hal yang mudah, tapi juga tidak terlalu sulit. Sumber cahaya yang terpancar dari planet-planet sangat samar sekali dibandigngkan dengan bintang induknya. Terlihat pada panjang gelombangnya, biasanya cahaya planet itu memiliki terang cahaya kurang dari satu persejuta dibandingkan bintang induknya.

Disamping sulitnya mendeteksi suatu sumber cahaya yang sangat kecil tersebut, bintang induk cukup menyilaukan sehingga menyamarkan cahaya dari planet tersebut, hal ini yang menyulitkan pendeteksian.

Oleh sebab itu, teleskop yang ada saat ini hanya dapat menangkap gambar eksoplanet secara langsung dalam kondisi tertentu. Secara khusus, mungkin saat planet yang sangat besar (lebih besar dari Jupiter), terpisah jauh dari bintang induknya dan sangat panas sehingga memancarkan radiaso inframerah intens, saat itulah teleskop dapat melihatnya.

Berikut ini metode-metode yang digunakan para astronom untuk mendeteksi planet ekstrasurya.

  • Astrometri: Astrometri adalaj pengukuran posisi bintang di langit dengan cara mengamati perubahan posisinya dari waktu ke waktu. Jika bintang tersebut memiliki planet, maka pengaruh gravitasi planet akan menyebabkan bintang itu sendiri untuk bergerak dalam lintasan elips yang bersama planet tersebut sama-sama mengelilingi pusat massanya.
  • Kecepatan Raidal atau Metode Doppler: Variasi dalam kecepatan yang bergerak ke arah bintang atau jauh dari Bumi, yaitu variasi dalam kecepatan radial dari bintang sehubungan dengan Bumi, dapat dikurangi dari beratnya di bintang induk dari baris spektrum disebabkan oleh Efek Doppler. Ini merupakan reknik paling paling produktif untuk mendeteksi planet asing yang telah lama digunakan.
  • Pulsar Waktu: Sebuah pulsar (sisa dari bintang yang kecil, ultrapadat yang telah meledak sebagai supernova) memancarkan gelombang radio secara teratur ketika berotasi. Anomali sedikit saja dalam sinyal-sinyal radio yang memancar dapat digunakan untuk melacak perubahan pada pulsar dari gerakan yang disebabkan oleh keberadaan planet-planet yang mengelilinginya.
  • Metode Transit: Jika suatu planet melintasi atau transit di depan bintang induknya, maka pancaran cahaya bintang itu sedikit berkurang karena terhalang oleh planet tersebut. Tingkat cahaya bintang yang berkurang tersebut tergantung pada ukuran bintang itu sendiri dan ukuranplanet yang melintasinya. Teleskop Antariksa Kepler menggunakan metode ini.

"Ada banyak kandidat planet di luar sana, sayangnya teknologi teleskop yang kita punya masih terbatas untuk mempelajarinya," kata Kane. "Penelitian ini merupakan loncatan yang sangat besar ke arah untuk menjawab pertanyaan kunci tentang apakah ada kehidupan lain selain Bumi di alam semesta."

Credit : Infoastronomy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar