Warteg atau Warung Tegal biasanya identik dengan warung kecil di pinggir jalan atau gang. Namun pernahkah kamu membayangkan makan Warteg di sebuah restoran?
Konsep unik ini yang diusung Leadwell Group yang kembali membuka gerai makanan ketiga, Fedwell. Tak seperti Warteg pada umumnya, restoran ini berlokasi di kawasan kuliner terkenal, Senopati, Jakarta Selatan.
Gerai baru kali ini mengusung konsep "semua tentang bowls" dengan tema Warteg sehat. Operating Officer Fedwell, Dio Santoso menjamin semua menu makanan yang disajikan berasal dari bahan-bahan yang masih segar.
"Kami berharap dengan inovasi baru seperti Fedwell ini dapat meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk terus mengkonsumsi mkanan sehat dan menjalankan gaya hidup sehat," ujar Dio di Jakarta, Rabu 26 September 2018.
Selain itu, Fedwell juga menyediakan berbagai menu lain yang mengandung protein hingga karbohidrat. :Ini menggabungkan sehat dan lezat yang dapat dinikmati secara bersama dalam waktu sekali makan," ucap Dio.
Dengan konsep semua tentang bowls, para pelanggan nantinya bebas memilih menu makanannya dan dimasukkan ke dalam sebuah mangkuk. Konsep makan baru di sebuah restoran di mana makanan tersaji dalam piring. "Jadi pelanggan tidak perlu bingung atau takut merasa bosan, karena akan ada lebih dari 14 juta kemungkinan menu yang bisa dimasukkan ke dalam bowl, selalu ada sesuatu yang baru untuk pelanggan coba," ujarnya.
Tak hanya mekanan berat, restoran yang buka pukul 10 pagi sampai 9 malam ini juga bisa menjadi tempat nongkrong untuk mereka yang sekedar ingin memakan kudapan. Fedwell menyediakan menu seperti kue sehat, kopi, jus dan berbagai makanan ringan sehat lain.
Tahun 2018 tampaknya menjadi era yang menarik bagi peminat kamera mirrorless dengan sensor full frame. Setelah segmen ini hanya didominasi Sony dengan seri A7 selama 5 tahun, kini beberapa pabrikan Jepang lain sudah meluncurkan produk serupa. Nikon dan Canon sudah lebih dulu merilisnya. Kini giliran Panasonic.
Perusahaan elektronik asal Jepang itu meluncurkan dua kamera sekaligus, yaitu S1 dan S1R pada hari Selasa (15/09/2018) di Cologne, Jerman, sehari sebelum acara pameran fotografi Photokina digelar. Untuk 2 kamera yang masuk dalam jajaran S Series itu, Panasonic mengandalkan fitur video. S1 dan S1R adalah kamera mirrorless full frame pertama yang mampu merekan video resolusi 4K dengan framerate 60 fps. 2 kamera ini memang ditunjukkan untuk para fotografer sekaligus videografer.
"Beberapa tahun belakangan ini, jalur telekomunikasi meningkat dengan cepat ketika platform berbagi video di media sosial semakin populer", demikian isi pernyataan resmi Panasonic, dilansir dari Petapixel. "Hasilnya, semakin banyak orang menikmati konten gabungan footo dan video."
Layar pada 2 kamera ini bisa diarahkan ke aras, bawah, dan samping. Ini lebih fleksibel bagi para videografer, khususnya vlogger karena layar bisa ditekuk hingga menghadap ke depan. Bentuk kameranya seperti Sony A7 dan Nikon Z7, perpaduan klasik dan modern. Layar OLED penampil informasi ada di bagian kanan atas, seperti Nikon Z7.
S1 dan S1R juga memiliki fitur lain yang setara dengan Sony A7 generasi ketiga, yaitu sistem In-Body Dual Image Stabilization, memngkinkan pemotretan dan perekaman video yang lebih stabil dengan menggunakan lensa apapun. Ditambah dua slot kartu memori (XQD dan SD), yang memungkinkan fotografer melakukan back up secara langsung di kartu kedua saat memotret.
Perbedaan utama S1 dan S1R ada pada sensor yang digunakan. Keduanya sama-sama full frame (sensor berukuran fisik sebesar 36x24mm), tapi S1R dititikberatkan pada resolusi yang mencapai 47 megapiksel, sementara S1 sekitar 24 megapiksel. Fitur lainnya belum diumumkan oleh Panasonic, juga harga masing-masing kamera.
Untuk lensa, baru ada 3 yang sudah diumumkan, yaitu lensa fix 50mm f/1.4, zoom standar 24-150mm, dan zoom telefoto 70-200mm. Bukaan maksimal dua lensa yang disebut terakhir belum diumumkan oleh Panasonic.
Meski hanya ada 3 lensa, Panasonic menjanjikan 7 lensa lain akan terus dirilis hingga 2020.
Soal lensa, sepertinya S1 dan S1R akan punya sokongan kuat dari berbagai pihak, tak cuma Panasonic. Sebelum merilis 2 kamera tersebut, perusahaan yang berdiri sejak 1918 itu mengumumkan kerja sama dengan Leica dan Sigma dalam L-Mount Alliance.
Kolaborasi satu mount lensa untuk beberapa jenama kamera sudah tak aneh bagi Panasonic. Pada 2008, mereka bekerja sama dengan Olymus untuk membuat konsorsium Micro Four Thirs, yang pada akhirnya diisi juga oleh Blackmagic, DJI, JVC, Kodak, dan Xiaomi. Model kerja sama L-Mount Alliance tidak beda jauh dengan aliansi Micro Four Thirds.
Panasonic, Leica, dan Sigma akan bersama-sama memproduksi lensa dan kamera menggunakan L-Mount. Sebelum S1 dan S1R dirilis, kamera yang menggunakan L-Mount hanya keluaran Leica seperti seri T (Typ 701), TL, TL2, dan CL, serta kamera full frame Leica SL (typ 601).
"Bagi fotografer, bisa memilih ragam jenis lensa untuk sistem kamera yang mereka miliki amat sangat penting," ujar Dr. Andreas Kauffmann, chariman Leica. "Khususnya di pasar mirrorless yang sedang tumbuh cepat, pengguna mencari produk ang punya keragaman jenis dan memenuhi kebutuhan fotografi yang berbeda-beda."
Untuk sementara, Sigma akan merilis lensa pihak ketiga untuk kamera-kamera Leica dan Panasonic yang menggunakan L-Mount. Namun, Sigma sudah mengumumkan akan ikut membuat kamera mirrorless full frame.
Nama mereka sebagai pembuat kamera mungkin tak sebesar Panasonic, Leica, Sony, Nikon, atau Canon. Meski begitu, Sigma sudah beberapa kali memproduksi kamera yang menggunakan sensor Foveon.
Teknologi Foveon memungkinkan gambar dengan detail dan ketajaman yang luar biasa jika dibandingkan dengan sensor CMOS standar. Saat ini, mereka belum pernah menggunakan sensor Foveon berukuran full frame baik untuk DSLR maupun kamera saku.
Selain itu, Sigma juga bertugas membuat adapter Canon EF untuk L-Mount. Dengan demikian, pengguna kamera Panasonic S Series dan Leiica L Series bisa memakai lensa-lensa DSLR Canon lengkap dengan fitur autofokus.
Panasonic belum mengumumkan harga S1 dan S1R, tetapi, melihat fitur yang ditawarkan, tampaknya tak akan jauh berbeda dengan harga mirrorless full frame Nikon dan Canon.
Salah satu persoalan paling rumit dalam matematika berhasil dipecahkan baru-baru ini. Seorang matematikawan terkenal, Sir Michael Atiyah berhasil memecahkan persoalan rumit tersebut.
Matematikawan asal Inggris itu berhasil menemukan cara memecahkan hipotesa Rienmann yang menjadi misteri selama 160 tahun. Hipotesa Rienmann sendiri merupakan salah satu dari tujuh persoalan milenium di bidang matematika yang belum berhasil terpecahkan sebagaimana dinyatakan oleh Clay Mathematics Institute of Cambridge (CMI). Bahkan pihak CMI sendiri menjadikan hal itu sebagai sayembara dengan memberi imbalan hadian sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 14 miliar.
Atiyah mengaku berhasil menemukan terobosan baru untuk memecahkan persoalan matematika tersebut. Terobosan barunya itu ia presentasikan pada senin (24/9) kemarin di Heidelberg Laureate Forum, Jerman. Presentasinya itu dibagikan oleh Markus Pössel, seorang ahli astrofisika Jerman pada akun Twitter pribadinya.
Terobosan baru yang berhasil ditemukan oleh peraih Fields Medal dan Abel Prize itu masih harus diteliti dan dicek ulang oleh para matematikawan lainnya. Jika penemuannya itu dinyatakan benar dan sesuai, maka Atiyah berhak mendapatkan hadiah dari CMI.
Hipotesa Rienmann sendiri diciptakan oleh matematikawan Bernard Riemann pada tahun 1859 dan terfokus pada distribusi bilangan prima. Yang menjadi masalah dari hipotesa tersebut adalah distribusi bilangan prima bukanlah suatu hal yang tidak teratur dan bisa jadi mengikuti sebuah pola yang teratur. Seperti yang diuraikan pada persamaan Rienmann zeta function. Percobaan untuk membuktikan bilangan prima mengikuti sebuah pola teratur pun sudah dilakukan berulang kali namun masih belum membuahkan hasil.
Menurut pengakuan Atiyah, dirinya juga menggunakan teori buatan John von Neumann dan Friedrich Hirzebruch untuk membantunya menyelesaikan persoalan tersebut. Sementara itu, hingga kini pihak CMI masih belum mau memberi komentar akan penemuan terobosan baru hasil karya pria 89 tahun itu.
Mayoritas pengguna smartphone sekarang tidak bisa jauh-jauh dari yang namanyapowerbank. Powerbankmemang mejadi solusi untuk mereka yang butuh kemudahan dalam mengisi ulang daya smartphone yang terkuras setiap saat. Dengan powerbank, pengguna bisa mengisi ulang daya smartphone di mana saja dan kapan saja tanpa repot.
Powerbank kini dapat dengan mudah dijumpai. Berbagai bentuk, kapasitas dayam hingga merk powerbank beredar luas di pasaran. Saat ini, powerbank yang paling banyak diburu adalah yang memiliki fitur Fast Charging. Fitur yang membuat pengisisan daya menjadi lebih cepat. Semulanya, fitur Fast Charging sudah diterapkan di smartphone terlebih dahulu, baru kini diterapkan di perangkat powerbank.
Adanya fitur Fast Charging pada powerbank tentunya semakin mempermudah pengguna. Mereka tidak perlu menunggu lama lagi untuk mengisis daya smartphone dengan powerbank. Nah, kali ini ada Rekomendasi 7 Powerbank dengan fitur Fast Charging terbaik.
1. ACMIC C10PRO
Vendor Indonesia bernama ACMIC membuat terobosan baru dengan meluncurkan powerbank premium yang memiliki teknologi Triple Fast Charging System. Dengan teknologi tersebut, perangkat yang diberinama ACMIC C10PRO ini memiliki kemampuan mengalirkan daya hingga maksimum 5A dengan performa yang diklaim 4 kali lebih baik dari powerbank standar. Selain dapat mengisi daya dengan cepat, powerbank berkapasitas 10.000 mAh ini juga dilengkapi dengan Smart Protection dan juga diklaim memenuhi standar keamanan internasional tertinggi.
2. Zola Falcon Powerbank
Zola Falcon Powerbank belum lama ini diluncurkan dengan teknologi Triple Fast Charging yang mampu melakukan pengisian daya dengan sangat cepat pada perangkat khusus seperti iPhone X, iPhone 8, dan iPhone 8+ dan beberapa perangkat android seperti seri Samsung Galaxy S6, S7, S8, dan S9. Berkapasitas 10.000 mAh, powerbank ini mampu mengisi daya baterai dari 0-100% hanya dalam waktu satu jam. Adanya 10 sistem proteksi membuat pengguna bisa menggunakan powerbank ini secara aman tanpa khawatir smartphone rusak.
3. Anker PowerCore Turbo
Salah satu vendor aksesoris ponsel yakni Anker meluncurkan sebuah powerbank dengan kemampuan Fast Charging. Mereka menerapkan teknologi bernama Anker Breakthrough yang diklaim dapat melakukan pengisian ulang daya smartphone lebih cepat. Powerbank dengan kapasitas baterai hingga 16.000 mAh ini diklaim mampu mengisi baterai smartphone sampai penuh dalam waktu 1,5 jam saja dimana umumnya butuh waktu 3 sampai 4 jam.
4. Delcell Tornado
Dellcell Tornado merupakan powerbank merek lokal dengan kapasitas baterai 10.000 mAh yang memiliki fitur Fast Charging v3.0. Powerbank ini didesain dengan bodi berbahan metal dan layar LCD yang menampilkan sisa daya baterai powerbank dalam persen. Adanya fitur Fast Charging membuat pengguna bisa mempersingkat waktu pengisian daya smarphone. Begitupula pada saat mengisi daya powerbank, pengisiannya pun bisa lebih cepat dari umumnya.
5. Vivan Power Elite MF20
Vivan Power Elite MF20 hadir dengan kapasitas besar yakni 20.800 mAh. Powerbank ini memiliki fitur Fast Charging 3.0 USB type-C. Desain yang tebal, namun ringan membuat powerbank ini mudah dibawa-bawa. Dengan menggunakan powerbank ini, mencharge perangkat smartphone menjadi jauh lebih cepat. Bukan hanya cocok untuk digunakan untuk semua smartphone, Vivan Power Elite MF20 juga aman digunakan untuk semua notebook, macbook hingga Cromebook.
6. Hippo Powerbank Zippy
Hippo Powerbank Zippy hadir dengan ukuran yang mungil dan pas genggaman, Beratnya hanya sekitar 275 gram dengan kapasitas baterai 12.000 mAh. Powerbank ini memiliki kabel USB tipe-C untuk mendukung fitur Fast Charging 3.0. Dengan adanya fitur Fast Charging, pengguna dapat mengisi daya smartphone dengan Hippo Powerbank Zippy dari 0-100% dalam waktu 2 jam.
7. RAVPower
Memiliki desain yang sederhana, RAVPower mampu menjadi powerbank yang mempersingnkat lama waktu pengisian daya pada perangkat smarphone. Mengandalkan teknologi Fast Charging 3.0 dan USB-A tipe-C, powerbank dengan kapasitas baterai 20.100 mAh ini diklaim mampu melakukan pengisian daya dengan cepat bukan hanya pada satu perangkat smartphone, tapi lebih banyak sekaligus.
Hampir setiap orang gemar berbelanja. Terlebih saat ini banyak kemudahan yang bisa didapatkan pada konsumen dalam berbelanja, seperti online shop, free ongkir, diskon kartu kredit dan lain-lainnya. Tidak salah jika memang berbelanja untuk kebutuhan meskipun tidak jarang pula 'kebablasan'. Tanpa kita sadari, kita kerap membeli barang-barang yang sebenarnya tidak benar-benar kita perlukan, yang pada akhirnya hanya menumpuk tidak terpakai.
Berbelanja memang mampu memberikan kepuasan dan kebahagiaan, hanya saja itu hanya bersifat sementara. Jika tidak segera disadari, hal itu justru akan membuatmu terjebak dalam lingkaran konsumerisme.
Ada sebuah penelitian menarik dari Chaplin dan Jhon tentang perilaku konsumtif masyarakat. Dilansir dari laman theminimalist, ternyata semakin seseorang terobsesi pada hal-hal yang bersifat materi, menunjukkan bahwa ia memiliki "self-esteem" yang rendah. Tak ayal, beberapa tahun ini banyak yang meninggalkan gaya hidup konsumtif dan beralih pada gaya hidup "minimalis".
Sebenarnya apa itu gaya gidup minimalis? Kenapa peminatnya semakin bertambah?
Sekilas tentang gaya hidup minimalis
Gaya hidup ini dipengaruhi oleh estetika Buddhisme Zen yang menentang gaya hidup konsumtif dengan cara mengurangi barang-barang yang mereka miliki. Konsep dari gaya hidup ini adalah "Less is more", yang kira-kira maknanya dengan memiliki sedikit barang, kita memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hal lain yang lebih produktif.
Di tempat yang rutin mengalami gempa seperti Jepang, gaya hidup seperti ini sangat dianjurkan karena dapat mengurangi resiko luka hingga kematian akibat kejatuhan benda yang ada di ruangan.
Kenapa banyak yang mengikuti gaya hidup ini?
Karena banyak manfaatnya. Pertama, kamu tidak perlu repot untuk membersihkan atau merawat barang-barangmu. Kedua, kamu akan lebih memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti olahraga, menulis, yoga dan lain-lain. Ketiga, hidup kamu akan lebih bahagia karena terhindar dari stress dan perasaan negatif lainnya dalam hal mengejar kepuasan materi. Kamu juga bisa fokus pada kebutuhanmu tanpa harus terbebani gengsi.
Keempat, kamu dapat menghemat atau menggunakan uangmu untuk memperkaya kemampuan dan pengalaman, seperti mengikuti kelas memasak, traveling, mengikuti pelantikan fotografi, atau mengikuti kelas kebugaran. Dan kelima, tampatmu akan terasa lebih lias dan lapang, dan secara tidak langsung akan membawa perasaan tenang pada pikiran.
Bagaimana cara melakukannya?
Kamu bisa mulai dengan menyingkirkan benda-benda yang tidak kamu butuhkan. Misalnya pakaian yang jarang kamu pakau atau perabotan yang tidak kamu perlukan. Barang-barang yang tidak kamu butuhkan bisa kamu jual kembali atau didonasikan.
Hanya sisakan pakaian yang benar-benar kamu perlukan saja
Dengan menyingkirkan perabotan yang tidak perlu, kamu akan lebih mudah membersihkan ruangan
Menata barang juga semakin mudah
Tempat yang terasa "lega" dapat membuat pikiranmu tenang, sehingga dapat meningkatkan produktivitasmu
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang hitam), gas dan debu medium antarbintang, serta materi gelap. Tahukah Anda bagaimana galaksi bisa terbentuk?
Galaksi tidak tersebar secara acak di alam semesta, tetapi sering ditemukan di sebuah "gugus galaksi", yang pada gilirannya juga merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar yang disebut "super-gugus galaksi."
Para astronom di paruh kedua abad ke-20 telah banyak membuat penemuan yang menakjubkan, memperluas pemahaman kita tentang alam semesta. Pengetahuan manusia tentang bagaimana alam semesta tercipta telah tumbuh secara eksponensial. Namun demikian, beberapa pertanyaan mendasar masih belum terjawab, salah satunya; bagaimana galaksi pertama terbentuk?
Model kosmologi yang ada saat ini mengenai alam semesta awal didasarkan pada teori Dentuman Besar (Big Bang). Sekitar 300.000 tahun setelah peristiwa Big Bang, atom-atom hidrogen dan helium mulai terbentuk, dalam sebuah peristiwa yang disebut rekombinasi. Hampir semua hidrogen adalah netral (tidak terionisasi) dan dengan mudah menyerap cahaya, serta belum ada bintang yang terbentuk.
Akibatnya periode ini disebut "Zaman Kegelapan". Dari fluktuasi kepadatan (atau ketidakseragaman anisotropi) dalam materi purba inilah struktur-struktur yang lebih besar mulai muncul. Hasilnya, massa materi barionik mulai memadat dalam cincin cahaya materi gelap dingin. Struktur-struktur primordial inilah yang akhirnya menjadi galaksi yang kita lihat hari ini.
Bukti tentang kemunculan awal galaksi ditemukan pada tahun 2006, ketika diketahui bahwa galaksi IOK-1 memiliki pergeseran merah (red shift) yang luar biasa tinggi sebesar 6,96, setara dengan jangka waktu hanya 750 juta tahun setelah Big Bang.
Hal ini menjadikannya sebagai galaksi terjauh dan paling purba yang pernah dilihat. Meskipun beberapa ilmuwan mengklaim objek lainlah (misalnya galaksi Abell 1835 IR1916) yang memiliki red shift lebih tinggi (dan karena itu sudah ada pada tahap yang lebih awal dalam evolusi alam semesta), namun usia dan komposisi IOK-1 ditentukan dengan cara yang lebih dapat diandalkan.
Adanya protogalaksi yang seawal itu kemunculannya menunjukkan bahwa protogalaksi tersebut pastilah berkembang dalam apa yang disebut "Zaman Kegelapan". Namun, pada bulan Maret 2016 para astronom melaporkan bahwa galaksi GN-z11 adalah galaksi terjauh yang diketahui dengan nilai red shift 11,1. Galaksi tersebut diperkirakan sudah ada sejak sekitar 400 juta tahun setelah Big Bang.
Diketahui galaksi GN-z11 ini diperkirakan terletak pada jarak 13,4 miliar tahun cahaya, dan karena pemuaian alam semesta, saat ini diperkirakan galaksi GN-z11 terletak lebih dari 32 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Bagaimana proses rinci terbentuknya galaksi seawal itu berlangsung masih merupakan sebuah pertanyaan pokok yang belum terjawab dalam astronomi. Teori yang ada dapat dibagi dalam dua kategori: dari atas ke bawah (top-down) atau dari bawah ke atas (bottom-up).
Dalam teori top-down (seperti model Eggen-Lynden-Bell-Sandage [ELS]), protogalaksi terbentuk dalam sebuah runtuhan serentak berskala besar yang berlangsung selama kira-kira seratus juta tahun. Dalam teori bottom-up (seperti model Searle-Zinn [SZ]), struktur kecil seperti gugus bola terbentuk dahulu, lalu kemudian sejumlah struktur tersebut bergabung untuk membentuk galaksi yang lebih besar.
Begitu protogalaksi mulai terbentuk dan mengerut, bintang-bintang halo pertamapun (disebut bintang Populasi III) muncul di dalamnya. Bintang-bintang ini tersusun hampir seluruhnya oleh hidrogen dan helium dan kemungkinan berukuran masif.
Jika memang benar demikian, maka bintang-bintang yang sangat besar ini akan menghabiskan pasokan bahan bakarnya dengan cepat dan menjadi supernova, melepaskan unsur-unsur berat ke medium antarbintang. Bintang-bintang generasi pertama ini mengionisasi ulang hidrogen netral sekitarnya, menciptakan gelembung ruang yang mengembang yang bisa dengan mudah dilalui cahaya.