Di bumi, kita telah terbiasa berjalan-jalan dan mampu berdiri di permukaan berbatunya. Namun, di Jupiter yang merupakan planet gas raksasa, pengalaman berdiri di permukaan Bumi akan terasa berbeda. Bagaimana jadinya jika berdiri di permukaan Jupiter?
Mari kita sejenak mengabaikan kondisi ekstrim seperti kuatnya gravitasi, tekanan atmosfer, suhu tinggi dan angin tornado yang ditemukan di planet gas raksasa seperti Jupiter, dan mari kita turun melalui atmosfernya.
Tidak seperti Bumi yang permukaannya berbatu, permukaan Jupiter merupakan hidrogen yang memiliki 60% kepadatan air. Jadi, jika kita berdiri disana, kita akan tenggelam hingga puluhan ribu kilometer sampai mencapai inti Planet Jupiter yang amat sangat luar biasa panas dan berbatu.
Interior Jupiter tersebut belum mampu dipetakan, dan itulah salah satu tujuan ilmiah misi Juno, yang baru mencapai Jupiter pada 4 Juli 2016 lalu. Wahana antariksa Juno akan menggunakan pengukuran gravitasi dan elektromagnetik yang tepat untuk memetakan apa yang terjadi di bawah atmosfer Jupiter.
Seperti yang sudah dipelajari oleh kita di bangku sekolah dasar, Jupiter adalah planet yang benar-benar hangat, dengan bagian atas atmosfer bersuhu sekitar 630°C. Namun, jika kita nekat mendarat di Jupiter lalu terhisap turun karena permukaannya adalah gas, tempratur juga akan semakin turun serta tekanan dan kecepatan angin akan lebih meningkat.
Wahana antariksa Galileo, yang menyelam ke Jupiter pada tahun 1995, langsung mengalami kerusakan alat elektronik sekitar 58 menit ketika berada di kedalaman 156 kilometer di dalam atmosfer Jupiter. Wahana antariksa Galieo tersebut mencatat bahwa ia menerima tekanan 23 atmosfer dan suhu 153°C. Sebuah kombinasi yang terbukti mematikan.
Jadi, mendarat di permukaan Jupiter bukanlah hal yang seharusnya tidak dilakukan, sangat berbahaya. Alih-alih membangun koloni manusia di permukaan planet terbesar di Tata Surya kita tersebut, kita justru akan tewas secara mengenaskan.
Credit : InfoAstronomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar