Sampai pada artikel ini ditulis, pencarian dan penemuan planet-planet ekstrasurya--planet yang berada di luar Tata Surya kita--masih berlangsung. Dan menurut para astronom dari Universitas Yale, Connecticut, AS, saat ini diperlukan syarat kelaikhunian bagi planet-planet asing tersebut.
Selama beberapa dekade terakhir, para astronom berpikir bahwa faktor kunci dalam menentukan apakah sebuah planet dapat mendukung kehidupan adalah jarak dari bintang induknya. Di Tata Surya kita misalnya, jarak Venus terlalu dekat dengan Matahari dan Mars terlalu jauh, dan Bumi lah yang berada di jarak yang tepat. Jarak yang para ilmuwan sebut sebagai "zona laik huni" atau "Zona Goldilocks."
Planet yang berada di Zona Goldilocks dianggap mampu mengatur suhu internal mereka secara mandiri melalui konveksi di mantel planetnya. Sebuah planet yang berada di Zona Goldilock mungkin pada awalnya masih terlalu dingin atau terlalu panas, namun pada akhirnya suhunya akan stabil.
Namun, sebuah studi baru yang muncul di jurnal Science Advances pada 19 Agustus 2016 menunjukkan bahwa, ternyata planet ekstrasurya yang berada di zona layak huni saja belum atau bahkan tidak cukup untuk mendukung kehidupan. Sebuah planet ekstrasurya tersebut juga harus memiliki suhu internal yang sudah tepat dan stabil sejak awal.
"Jika Anda menganalisa semua jenis data ilmiah tentang bagaimana Bumi telah terbentuk dan berkembang dalam beberapa miliar tahun, Anda akan menyadari bahwa pemanasan atau konveksi pada mantel Bumi tidak ada pengaruhnya terhadap suhu internal," kata Jun Korenaga, penulis studi ini dan seorang profesor geologi dan geofisika di Universitas Yale.
Ukuran dan suhu internal planet diperkirakan tidak akan menghambat evolusi planet jika planet tersebut mampu mengatur pemanasan mantelnya, kata Korenaga. "Lautan air cair dan benua tidak akan ada jika suhu internal Bumi tidak berada di kisaran tertentu sejak awal pembentukannya, dan ini berarti bahwa Bumi muda suhunya tidak terlalu panas atau terlalu dingin, melainkan sudah stabil."
Tak Laik Huni Walau Memiliki Lautan Air
Yann Alibert dari Physikalisches Institut &
Center for Space and Habitability, Universitas Bern, Swiss, menyatakan
bahwa radius sebuah planet memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan di
planet laik huni. Untuk itu, ia kemudian melakukan penelitian untuk menemukan
kondisi yang pas untuk sebuah planet menjadi planet laik huni.
Dalam penelitian ini, Alibert mencari tahu radius maksimum bagi sebuah planet untuk memiliki permukaan air berwujud cair dan tidak memiliki lapisan es di lautannya. Hasilnya? Analisis Alibert menunjukkan kalau eksoplanet dengan lautan tidak akan bisa mendukung kehidupan jika ukurannya terlalu besar sehingga meskipun planet-planet besar memiliki air, kehidupan tidak akan dapat berevolusi di dalamnya.
Jadi apa yang menyebabkan sebuah planet tidak laik huni? Menurut Alibert, kondisi paling penting adalah keberadaan siklus karbon yang menjadi penyangga perubahan temperatur jika bintang induk mengalami perubahan temperatur jadi lebih panas atau dingin.
Di Bumi, siklus karbon melibatkan penangkapan karbon dioksida saat larut dalam lautan dan kemudian bereaksi dengan silikat di dasar laut sehingga memproduksi karbonat yang kemudian masuk ke inti Bumi. Temperatur yang tinggi di inti Bumi berfungsi untuk memecah karbonat dan melepas karbon dioksida melalui aktivitas vulkanik.
Proses inilah yang mengatur perubahan temperatur atmosferik. Jika temperatur turun, maka hanya sedikit karbon dioksida yang larut, menyisakan sebagian besar di atmosfer sehingga bisa menaikkan temperatur lagi. Dan, jika temperatur naik, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Siklus ini penting untuk mencegah terjadinya perubahan temperatur secara drastis yang bisa mengubah planet menjadi bola salju raksasa atau padang gurun raksasa yang gersang.
Meskipun demikian, tidak ada jaminan bahwa planet yang lebih kecil dari ukuran tersebut sudah pasti akan mendukung kehidupan. Ada komponen lain seperti massa, kerapatan, dan senyawa penyusun planet yang harus diperhitungkan.
Akan tetapi untuk planet yang lebih besar dari nilai ambang batas tersebut dipastikan tidak akan mampu memiliki siklus karbon sehingga dapat diklasifikasikan sebagai planet yang tidak laik huni. Kriteria yang dibuat Alibert diharapkan bisa menjadi salah satu kriteria bagi para astronom saat mempelajari planet-planet yang berada di area laik huni.
Sumber : Infoastronomy.org
Dalam penelitian ini, Alibert mencari tahu radius maksimum bagi sebuah planet untuk memiliki permukaan air berwujud cair dan tidak memiliki lapisan es di lautannya. Hasilnya? Analisis Alibert menunjukkan kalau eksoplanet dengan lautan tidak akan bisa mendukung kehidupan jika ukurannya terlalu besar sehingga meskipun planet-planet besar memiliki air, kehidupan tidak akan dapat berevolusi di dalamnya.
Jadi apa yang menyebabkan sebuah planet tidak laik huni? Menurut Alibert, kondisi paling penting adalah keberadaan siklus karbon yang menjadi penyangga perubahan temperatur jika bintang induk mengalami perubahan temperatur jadi lebih panas atau dingin.
Di Bumi, siklus karbon melibatkan penangkapan karbon dioksida saat larut dalam lautan dan kemudian bereaksi dengan silikat di dasar laut sehingga memproduksi karbonat yang kemudian masuk ke inti Bumi. Temperatur yang tinggi di inti Bumi berfungsi untuk memecah karbonat dan melepas karbon dioksida melalui aktivitas vulkanik.
Proses inilah yang mengatur perubahan temperatur atmosferik. Jika temperatur turun, maka hanya sedikit karbon dioksida yang larut, menyisakan sebagian besar di atmosfer sehingga bisa menaikkan temperatur lagi. Dan, jika temperatur naik, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Siklus ini penting untuk mencegah terjadinya perubahan temperatur secara drastis yang bisa mengubah planet menjadi bola salju raksasa atau padang gurun raksasa yang gersang.
Meskipun demikian, tidak ada jaminan bahwa planet yang lebih kecil dari ukuran tersebut sudah pasti akan mendukung kehidupan. Ada komponen lain seperti massa, kerapatan, dan senyawa penyusun planet yang harus diperhitungkan.
Akan tetapi untuk planet yang lebih besar dari nilai ambang batas tersebut dipastikan tidak akan mampu memiliki siklus karbon sehingga dapat diklasifikasikan sebagai planet yang tidak laik huni. Kriteria yang dibuat Alibert diharapkan bisa menjadi salah satu kriteria bagi para astronom saat mempelajari planet-planet yang berada di area laik huni.
Sumber : Infoastronomy.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar