Rabu, 18 Oktober 2017

DAMPAK HUBUAN KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL ANAK

DAMPAK HUBUAN KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL ANAK



Disusun Oleh:
Asrullah Zulkarnaen
46116320001



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
BEKASI
2016



BAB I


1.1.    Latar Belakang
Keluarga merupakan kelompok primer yang peling penting di masyarakat, keluarga juga menjadi kelompok pertama dalam kehidupan manusia. Ada dua atau lebih orang yang tergabung menjadi keluarga karena hubungan darah atau hubungan perkawinan yang hidup dalam satu rumah tangga dengan perannya masing masing dan menciptakan juga mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam sebuah keluarga bisa terdiri dari suami istri; suami, istri dan anak; suami dan anaknya atau istri dan anaknya.
Setiap anggota keluarga memiliki tugas dan peranan yang berbeda, kedua orang tua yang sudah memiliki seorang anak sudah pasti menjadi pelindung sekaligus pendidik bagi anaknya. Seorang ayah yang juga sebagai kepala keluarga memiliki peran untuk mencari nafkah dan pelindung bagi keluarganya. Sedangkan seorang ibu memiliki peran mengurus rumah tangga dan pengasuh utama anaknya, di samping perannya mengurus rumah tangga, seorang ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluargaya. Dan seorang anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Pada hakekatnya, keluarga merupakan tempat pembentukan dari anggotanya, terutama seorang anak yang masih berada dalam tanggung jawab dan bimbingan dari orangtuanya. Jika keluarga tidak menciptakan keharmonisan keluarga, perhatian dan kasih sayang kepada anak, sang anak akan mencari perhatian dengan mengikuti kegiatan di luar norma.



BAB II


2.1.    Pengertian Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1978) Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Saling berinteraksi satu sama lain, memiliki peran masing masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) Di dalam keluarga terdapat dua atau lebih pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan di hidupnya didalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Jadi, keluarga adalah salah satu kelompok masyarakat yang hidup bersama dalam satu rumah sebagai satu kesatuan yang paling kecil, mempunyai perannya masing masing serta mempertahankan suatu kebudayan. Yang biasanya selalu ada ikatan perkawinan, hubungan darah dan ikatan lainnya.
            Secara khusus, keluarga merupakan tempat pertama seorang anak mendapatkan pengalaman yang akan menjadi bekal dihidupnya. Seperti yang juga dikatakan Malinowski (Megawangi, 1999) tentang principle of Legitimacy sebagai basis keluarga, struktur sosial (masyarakat) harus ditanamkan sejak individu dilahirkan agar seorang anak mengetahui dan memahami posisi dan kedudukannya, dengan harapan agar mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat kelak setelah ia tumbuh dewasa.
            Dengan kata lain, keluarga adalah agen yang paling penting yang berfungsi meneruskan budaya melalui proses sosialisasi antar individu dengan lingkungan. Jadi, untuk mewujudkan suatu fungsi bukan hanya dari yang alami saja, tapi juga dari berbagai faktor yang ada di keluarga seperti nilai nilai, norma dan tingkah laku.

2.2.    Peranan Keluarga
Peranan menurut Levinson yang dikutip oleh soejono Soekanto adalah suatu konsep perihal yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. (Soejono Soekanto, 1982. hal. 238).
Keluarga adalah unit terkecil dalam kelompok masyarakat yang terdiri dari suami dan istri, suami istri dan anaknya, ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan keluarga adalah suatu bagian paling penting bagi seluruh anggota atau individu didalam keluarga.
a.     Peranan Ayah
Ayah sebagai kepala keluarga dan suami dari istri, berperan sebagai pelindung, pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman.
b.     Peranan Ibu
Ibu sebagai Istri dan ibu bagi anak anaknya, berperan sebagai pelindung dan pendidik anak anaknya serta sebagai pengurus rumah tangga. Disamping itu, ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c.      Peranan Anak
Anak anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental sosial dan spiritual.

2.3.    Fungsi Keluarga
a.  Fungsi Psikologis
Dalam keluarga, fungsi psikologis berperan seperti memberikan rasa aman dan kasih sayang, memberikan perhatian kepada anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas bagi keluarganya.
b.  Fungsi Sosial
Fungsi sosial adalah sosialisasi untuk mempersiapkan seorang anak agar dapat menempatkan dirinya sebagai pribadi yang siap dalam masyarakat. Menurut Soekanto, fungsi sosial adalah fungsi yang sangat penting peranannya dalam kelangsungan kehidupan bermasyarakat, yang bertujuan untuk mendidik warga masyarakat agar mematuhi kaidah kaidah dan nilai nilai yang dianut. Karena manusia selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial. (Soekanto, 2004. hal.40)
c.   Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah fungsi utama dan pertama, maju atau mundurnya sebuah keluarga ditentukan dengan pelaksanaan pendidikan didalam keluarga. Dengan konsep “Tri Pusat Pendidikannya” Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan yang paling pertama ada didalam keluarga.
d.  Fungsi Ekonomi
Fungsi ini mencangkup pencarian nafkah, perencanaan dan pengeluaran atau pembelanjaannya. Semua anggota melaksanakannya yang juga untuk anggota keluarga itu sendiri. Hingga akan menambah pengertian dan tanggung jawab bersama.
e.  Fungsi Biologis
Fungsi Biologis ini berhubungan dengan memenuhi kebutuhan kebutuhan biologis keluarga seperti kebutuhan seksual, perlindungan fisik seperti kesehatan dan kebutuhan jasmani setiap anggota keluarga.




2.4.    Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga berperan penting bagi pertumbuhan seorang anak. Lingkungan keluarga dibagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan faktor utama yang menentukan anak dapat berhasil atau tidak. Keberhasilan memberikan pendidikan dan memberikan pengarahan dalam belajar dirumah akan memberikan motivasi anak dalam belajar disekolah. Anak yang memiliki keluarga harmonis cenderung akan memberikan kebaikan dalam dirinya, sehingga dalam mengikuti pembelajaran disekolah, anak akan lebih baik dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar keluarga. Dalam faktor eksternal, lingkungan disini bisa berasal dari teman, baik itu teman sekolah, tetangga ataupun teman sepermainan.

2.5.    Interaksionalisme Simbolik
Francis Abraham dalam buku Modern Sociological Theoryi (1982) menyatakan bahwa interaksionalisme simbolik pada hakekatnya merupakan sebuah perspektif yang bersifat sosial psikologis, yang terutama relevan untuk penyelidikan sosiologis.
Esensi dari interaksi simbolik itu sendiri merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menjadi ciri khas manusia dengan simbol yang memiliki makna tertentu. (Mulyana, 2003. hal. 59)
Sederhananya, interaksionalisme simbolik dapat dimaknai sebagai suatu hubungan timbal balik antar individu dengan menggunakan simbol simbol tertentu yang sudah dipahami artinya.
Manusia merupakan makhluk yang paling rasional dan memiliki kesadaran akan dirinya (Soerjono Soekanto, 1984. hal. 119). Karakteristik dasar teori ini adalah hubungan yang terjadi secara alami antar individu dalam keluarga dan hubungan keluarga dengan individu. Interaksi yang terjadi berkembang melalui simbol simbol yang diciptakan bersama dan interaksi yang dilakukan secara nyata atau langsung. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh seperti suara atau ekspresi tubuh yang mempunyai maksud dan disebut dengan simbol.

2.6.    Kenakalan Anak atau Remaja
2.6.1.      Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melewati batas toleransi orang lain dan lingkungan sekitar, juga sebuah tindakan yang melanggar hukum dan norma norma. Bila dilihat dari sisi sosial, kenakalan remaja disebabkan oleh suatu bentuk pengabdian sosial, hingga dapat mengembangkan perilaku yang menyimpang.
Menurut Gunarsa (2004), kenakalan remaja itu terjadi pada remaja yang mempunyai konsep diri yang lebih negatif dibanding dengan remaja yang tidak bermasalah. Remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis memiliki kecenderungan lebih besar menjadi remaja yang nakal.

2.6.2.       Karakteristik Kenakalan Remaja
Remaja yang nakal memiliki sifat memberontak, pendendam, mudah curiga, implusif dan memperlihatkan kontrol batin yang kurang. Perkembangan konsep yang negatif didukung dari hal ini. (Conger, 1999)
Remaja yang nakal memiliki karakteristik umum seperti, struktur intelektual serta fisik dan psikis remaja serta karakteristik individunya bisa sangat berbeda dengan remaja yang tidak nakal. (Kartono, 2003)

2.6.3.       Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah faktor individunya sendiri yang muncul tanpa pengaruh lingkungan sekitar. Seperti identitas diri, kontrol diri, jenis kelamin, usia, stress yang dihadapinya dan pemendaman sebuah emosi atau masalah.
Selain faktor individu, faktor lingkungan yang terjadi dari sebuah kejadian yang ada hubungannya dengan seseorang yang tampak dan ada di dalam kehidupan keseharian. Faktor lingkungan ini bisa dari tempat tinggal, pergaulan atau pengaruh teman hingga minuman keras dan obat obatan terlarang.
Keluarga adalah kelompok terkecil seorang individu, yang merupakan wadah aktifitas setiap anggota keluarga untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kesejahteraan keluarga. Keluarga juga merupakan faktor kenakalan seorang anak, faktornya seperti kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua serta kurangnya dasar agama dan penerapan disiplin yang efektif. Faktor seorang ibu disini yang paling dominan, karena dalam struktur tugas di rumah tangga, ibu memiliki tanggung jawab untuk mengasuh, membimbing serta mendidik anaknya. Sehingga apabila tugasnya digantikan oleh orang lain atau mengabaikan anaknya karena pekerjaan lain, maka akan menimbulkan geseran tatanan dalam rumah tangga.
Diambil dari salah satu website berita, kenakalan remaja di sekolah seperti tawuran sebenarnya terjadi karena sebuah hal yang spele seperti salah satu siswa diganggu oleh siswa dari sekolah lain, atau terkadang ada pemicu yang kurang rasional seperti karena sejak kakak kelas mereka dulu, sekolahnya dengan sekolah lain adalah musuh hingga sampai sekarang pun sekolah itu menjadi musuh mereka.
Salah satu pengakuan siswa pelaku tawuran yang tertangkap, ia melakukan tawuran karena tidak terima kalau temannya dipelakukan dengan tidak baik oleh siswa sekolah lain, dan merasa kalau harga diri kelompoknya tercoreng. Bahkan saat ditanya bahaya tawuran ia mengatakan kalau ia tidak berfikir kalau ia dan teman temannya bisa mati karena tawuran. Dia juga bercerita bahwa teman temannya memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga mereka bisa membentuk sebuah kelompok, ia dan teman temannya sama sama tidak dekat dengan keluarganya masing masing, diacuhkan keluarga bahkan ada yang dididik sangat keras. Hingga mereka merasa kalau mereka lebih nyaman dengan teman dan menganggap bahwa teman temannya itu adalah keluarganya.
Dari beberapa faktor dan berita yang diatas, faktor yang paling berperan membuat remaja nakal adalah faktor keluarga dan teman, yang jika remaja kurang mendapat perhatian dan bimbingan dari orangtuanya, mereka akan mencari perhatian dari lingkungan luar rumah dan teman temannya.

2.7.    Dampak Kenakalan Remaja
·           Dampak dari kenakalan remaja pasti akan berimbas pada dirinya sendiri. Bila tidak ditangani, ia bisa menjadi sosok yang berkepribadian buruk.
·           Karena melakukan kenakalan kenakalan yang membuat dirinya menjadi pribadi yang buruk, ia bisa di hindari atau dikucilkan oleh banyak orang. Yang bisa dianggap sebagai pengganggu oleh orang lain.
·           Akibat dikucilkannya itu, remaja tersebut bisa mengalami gangguan psikologis dan bisa membenci orang orang yang ada disekitarnya.
·           Karena kenakalan remaja ini, tidak sedikit keluarga yang menanggung malu. Tidak sedikit juga remaja yang tidak memikirkan beban keluarganya.
·           Masa depan yang tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan kenakalan ini. Bila remaja sudah terpengaruh pergaulan bebas atau sudah berurusan dengan kepolisian, bisa dipastikan hidupnya tidak mudah.
·           Berani karena terbiasa, remaja yang sudah berurusan dengan kriminalitas bahkan terbiasa dengan tidak kriminalitas akan berani untuk melakukannya lagi seperti mencuri untuk mendapatkan uang.



BAB III


3.1.    Kesimpulan
Keluarga merupakan kelompok masyarakat yang paling kecil, tapi menjadi kelompok primer dari seorang individu. Karena pelajaran pertama yang individu dapat adalah dari keluarga yang akan menjadi bekal bagi kehidupan remaja hingga dewasa. Anggota keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki perannya masing masing. Peran ayah dan ibu menjadi peran penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak anaknya.
Selain keluarga yang merupakan faktor internal yang mempegaruhi perkembangan anak, teman sebaya, tetangga dan guru juga merupakan faktor perkembangan anak dari eksternal atau dari luar lingkungan keluarga.
Seorang anak yang berada dalam keluarga yang cenderung kurang harmonis atau anak yang kurang mendapatkan perhatian atau didikan dari orangtuanya cenderung akan menjadi anak yang nakal saat remajanya. Jika dilihat dari permasalahannya, masalah seperti ini bisa dlihat dari paradigma interaksionalisme simbolik. Karenanya sedikitnya hubungan timbal balik antara orangtua dan anak yang membuat tumbuhnya sikap negatif dalam anak yang membuatnya menjadi anak yang nakal. Yang membuat anak melakukan tindakan yang melanggar norma norma dan hukum karena orangtua atau lingkungan keluarga adalah faktor paling utama yang mempengaruhi kenakalan anak atau remaja selain individunya dan teman sebaya.



DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, D. (2005). Interaksi Simbolik.

Asfriyati, S. K. M. (2003). Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Anak.

Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Dalyono (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Fisher, B. A. (1986). Teori-teori komunikasi. Penterj, Soejono Trimo. Bandung: Remaja Karya.

Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi perkembangan anak, remaja dan keluarga. Jakarta: PT Gunung Mulia.

Haryanto. (2011). http://belajarpsikologi.com/akibat-kenakalan-remaja/

Idris, M. F. (2013). Perbedaan Kenakalan Remaja Antara Ibu Bekerja Dengan Ibu Tidak Bekerja

Johnson, C. L. (1988). Ex familia. New Brunswick, NJ: Rutgers University.

Makmun, A. S. (2004). Psikologi kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Perpustakaan, N. R. Indonesia (2009). Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002, BAB I Tentang Ketentuan Umum, Pasal 1 nomor 3. Yogyakarta: New Merah Putih.

Purnamasari, R. E. (2012). http://www.kompasiana.com/reknaekapurnamasari/kenapa-remaja-kita-suka-tawuran

Rahmah, F. U. (2013). Peranan Keluarga Dalam Pembentukan Perilaku dan Perkembangan Emosi Anak Serta Relevansinya Terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengatar. Jakarta: Rajawali Press

Suharso dan Retnoningsih, A. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang: CV Widya Karya

Surya, M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.